Semarang Atasi Sampah Organik: Budidaya Maggot di TPA Jatibarang Sukses

Table of Contents

60 Persen Sampah di TPA Jatibarang Limbah Organik, Pemkot Semarang Kembangkan Budidaya Maggot – Indoraya News


Kota Semarang, seperti banyak kota besar lainnya di Indonesia, menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Volume sampah yang terus meningkat, terutama sampah organik, menjadi beban berat bagi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang. Menyadari hal ini, Pemerintah Kota Semarang (Pemkot Semarang) mengambil langkah inovatif dengan mengembangkan budidaya maggot sebagai solusi berkelanjutan.

Latar Belakang: Masalah Sampah Organik di TPA Jatibarang

TPA Jatibarang, sebagai tempat pembuangan akhir sampah kota Semarang, menerima ribuan ton sampah setiap harinya. Lebih dari 60% dari volume sampah di TPA tersebut merupakan limbah organik, seperti sisa makanan, dedaunan, dan limbah pertanian. Penumpukan limbah organik ini tidak hanya menciptakan masalah lingkungan seperti pencemaran air tanah dan emisi gas rumah kaca, tetapi juga memakan lahan yang luas.

Program GUMREGAH (Gerakan terpadu Masyaaakat mengelola sampah) menjadi dasar dari upaya Pemkot Semarang ini. Inisiatif ini bertujuan untuk mengurangi jumlah limbah organik yang masuk ke TPA dan memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah.

Budidaya Maggot: Solusi Jitu Pengelolaan Sampah Organik

Budidaya maggot, atau larva dari lalat tentara hitam (Hermetia illucens), menawarkan solusi yang efektif dan efisien. Maggot memiliki kemampuan luar biasa dalam mengurai sampah organik secara cepat dan efisien. Proses ini tidak hanya mengurangi volume sampah, tetapi juga menghasilkan produk bernilai ekonomi.

Program budidaya maggot dimulai pada 1 Agustus 2025, dengan lokasi pertama di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik. Panen perdana maggot pada Sabtu, 13 September 2025, dihadiri langsung oleh Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng. Kehadiran Wali Kota menunjukkan dukungan penuh pemerintah terhadap program ini.

Hasil Menggembirakan: Produksi Maggot dan Pengolahan Sampah

Dalam waktu kurang dari dua bulan, program budidaya maggot di Jabungan menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan. Lokasi budidaya mampu menghasilkan hingga 100 kg maggot setiap hari. Selain itu, program ini mampu mengolah 1 hingga 2 ton sampah organik setiap harinya.

Keberhasilan ini membuktikan bahwa budidaya maggot adalah solusi yang layak dan berkelanjutan untuk mengatasi masalah sampah organik di Semarang. Program ini tidak hanya mengurangi beban TPA, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Pemanfaatan Maggot: Pakan Ternak Bernutrisi Tinggi

Manfaat program budidaya maggot tidak hanya terbatas pada pengelolaan limbah. Maggot yang dihasilkan memiliki nilai gizi yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Warga setempat yang tergabung dalam pengelolaan lahan “Banyumanik Berdaya” memanfaatkan maggot sebagai pakan untuk ternak ayam, lele, dan bebek.

Penggunaan maggot sebagai pakan ternak dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas ternak. Selain itu, penggunaan maggot juga mengurangi ketergantungan pada pakan ternak konvensional yang harganya cenderung fluktuatif.

Baca Juga: Jalan YB Mangunwijaya: Semarang Hormati Sang Humanis di TPA Jatibarang

Kasgot: Kompos Maggot untuk Pertanian Lokal

Selain maggot, program ini juga menghasilkan kasgot, yaitu kompos yang dihasilkan dari sisa proses penguraian sampah oleh maggot. Kasgot memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan sangat bermanfaat sebagai pupuk organik.

Warga setempat memanfaatkan kasgot sebagai pupuk bagi petani lokal yang menanam sayuran seperti kangkung, cabai, dan tomat. Penggunaan kasgot sebagai pupuk dapat meningkatkan kesuburan tanah, mengurangi penggunaan pupuk kimia, dan menghasilkan produk pertanian yang lebih sehat dan berkualitas.

Ekonomi Sirkular: Menciptakan Nilai Tambah dari Sampah

Wali Kota Agustina Wilujeng menekankan pentingnya program ini sebagai bagian dari konsep ekonomi sirkular. Sampah yang tadinya menjadi masalah, kini diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat.

“Dari sampah yang tadinya menjadi masalah, kini lahir solusi yang memberi nilai tambah secara ekonomi, lingkungan, dan sosial,” ujar Agustina. Pemerintah Kota Semarang akan terus mendorong pengembangan budidaya maggot di kelurahan-kelurahan lain.

Rencana Pengembangan: Integrasi dengan Peternakan

Pada tahun 2026, Pemkot Semarang berencana untuk menggabungkan usaha rumah maggot dengan usaha peternakan. Hal ini akan menciptakan sinergi yang saling menguntungkan dan meningkatkan nilai ekonomi dari program budidaya maggot.

Dengan menggabungkan budidaya maggot dengan peternakan, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja baru. Ini juga akan mendorong pengembangan ekonomi berbasis lingkungan yang berkelanjutan.

Dukungan Masyarakat: Kunci Keberhasilan Jangka Panjang

Keberhasilan program budidaya maggot sangat bergantung pada dukungan masyarakat. Pemkot Semarang berharap agar keberhasilan di Jabungan menjadi contoh yang dapat ditiru oleh kelurahan-kelurahan lain di Semarang.

Dengan dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat, program Semarang Bersih dapat terwujud. Hal ini akan menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan bagi seluruh warga kota Semarang.

Berita Terkini Lainnya (Kamis, 18 Sep 2025)

Sebagai tambahan informasi, beberapa berita terkini yang dirilis pada Kamis, 18 September 2025, meliputi:

  • Gerindra Jateng Bangga Dua Kader ‘Partai Burung Garuda’ Jadi Wakil Menteri Kabinet Prabowo
  • Rohmat Marzuki Dilantik Prabowo Jadi Wamen Kehutanan, Gerindra Jateng Bangga: Pilihan Tepat
  • Prabowo Targetkan PLTS 1,5 MW di Setiap Desa Indonesia
  • 124 Ribu WNA Terdaftar di BPJS Kesehatan, 15 Ribu Berdomisili di Bali
  • Langkah Prabowo Reformasi Polri: Tunjuk Dofiri dan Rancang Komite Khusus
  • Jangan Abaikan! Ini 10 Ciri Diabetes yang Terlihat dari Kulit
  • Rumor Tesla Pi Phone: Mimpi Elon Musk untuk Kalahkan iPhone

Baca Juga

Loading...