Sukses Panen Perdana Maggot: Walkot Semarang Apresiasi Inisiatif Jabungan

Table of Contents

Panen Perdana, Walkot Semarang Apresiasi Budidaya Maggot di Jabungan


Kota Semarang terus berupaya mencari solusi inovatif dalam pengelolaan sampah. Upaya ini membuahkan hasil manis dengan suksesnya panen perdana budidaya maggot di Kelurahan Jabungan, Kecamatan Banyumanik. Wali Kota Semarang, Ibu Agustina Wilujeng, secara langsung memberikan apresiasi atas inisiatif warga Jabungan yang telah berhasil mengembangkan budidaya maggot sebagai solusi berkelanjutan.

Acara panen perdana ini merupakan bagian dari Program GUMREGAH (GErakan terpadU MasyaRakat mEnGelola samPAH) yang diinisiasi oleh Pemerintah Kota Semarang. Program ini bertujuan untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengelolaan sampah, mengubahnya dari masalah menjadi sumber daya yang bernilai. Kehadiran Wali Kota pada acara ini menunjukkan dukungan penuh pemerintah terhadap upaya-upaya inovatif warga dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Apresiasi Wali Kota Terhadap Inovasi Warga

Dalam sambutannya, Ibu Agustina Wilujeng menyampaikan apresiasi tinggi terhadap inovasi yang dilakukan oleh warga Jabungan. Beliau mengakui bahwa budidaya maggot merupakan terobosan nyata dan solusi strategis untuk mengatasi permasalahan sampah organik di Kota Semarang. Mengingat bahwa lebih dari 60% sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang merupakan limbah organik, keberadaan program seperti ini sangatlah vital.

“Ini adalah langkah maju yang patut diapresiasi. Saya berharap semangat ini dapat terus dijaga dan dikembangkan,” ujar Ibu Agustina, Minggu, 14 September 2025. Dukungan dari pemerintah daerah akan terus diberikan untuk memastikan keberlanjutan program ini dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat.

Efektivitas Budidaya Maggot: Hasil yang Mengesankan

Budidaya maggot di Jabungan telah dimulai sejak 1 Agustus 2025, dan hasilnya sangat signifikan. Dalam waktu kurang dari dua bulan, lokasi budidaya ini telah mampu menghasilkan 100 kg maggot per hari. Capaian ini tidak hanya mengesankan, tetapi juga membuktikan bahwa budidaya maggot merupakan solusi efektif dalam mengelola sampah organik.

Selain menghasilkan maggot, program ini juga berhasil mengolah 1 hingga 2 ton sampah organik setiap harinya. Hal ini menunjukkan dampak positifnya terhadap pengurangan volume sampah yang masuk ke TPA. Dengan demikian, program ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan kontribusi nyata terhadap pelestarian lingkungan.

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemanfaatan Produk

Lebih dari sekadar pengelolaan sampah, program budidaya maggot ini berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Hasil panen maggot tidak hanya dimanfaatkan untuk keperluan internal, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Maggot yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai pakan ternak bernutrisi tinggi.

Baca Juga: Jalan YB Mangunwijaya: Semarang Hormati Sang Humanis di TPA Jatibarang

Selain itu, maggot juga akan diolah menjadi pupuk organik (kasgot) yang sangat bermanfaat bagi petani. Pupuk ini akan digunakan untuk tanaman seperti kangkung, cabai, dan tomat, meningkatkan kualitas hasil panen. Semua kegiatan ini dilaksanakan di lahan 'Banyumanik Berdaya' dan dikelola sepenuhnya oleh warga setempat.

Potensi Ekonomi: Pakan Ternak dan Pupuk Organik

Ibu Agustina Wilujeng juga menyoroti potensi ekonomi dari budidaya maggot. Maggot sebagai pakan ternak memiliki nilai ekonomi yang tinggi. “Binatang peliharaan (ternak) apa yang akan memiliki nilai ekonomi tinggi jika makan maggot? Ayam, lele, dan bebek,” jelas Ibu Agustina.

Potensi ini akan semakin dikembangkan dengan rencana Pemerintah Kota Semarang untuk menggabungkan usaha rumah maggot dengan usaha peternakan pada tahun 2026. Hal ini akan menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan dan memberikan manfaat ganda bagi masyarakat.

Harapan untuk Masa Depan: Menuju Semarang Bersih dan Berkelanjutan

Ibu Agustina berharap keberhasilan program budidaya maggot di Jabungan dapat menginspirasi kelurahan-kelurahan lain di Semarang untuk melakukan hal serupa. Komitmen jangka panjang Pemerintah Kota Semarang terhadap Program Semarang Bersih memerlukan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi aktif warga sangat penting dalam mewujudkan kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.

“Dari sampah yang tadinya menjadi masalah, kini lahir solusi yang memberi nilai tambah secara ekonomi, lingkungan, dan sosial. Inilah ekonomi sirkular, dari sampah berputar kembali menjadi sumber daya yang bermanfaat,” pungkas Ibu Agustina. Dengan semangat gotong royong dan inovasi, Kota Semarang siap menuju masa depan yang lebih baik.

Keberhasilan budidaya maggot di Jabungan menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sampah yang baik dapat memberikan dampak positif yang luas bagi masyarakat. Semoga semangat ini terus membara dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.

Baca Juga

Loading...