Hujan Deras Picu Banjir di Kota dan Kabupaten Cirebon, BPBD Turun.

Table of Contents

RAKYATMEDIAPERS.CO.ID - Hujan dengan intensitas deras mengguyur wilayah Cirebon, baik Kota maupun Kabupaten, pada hari Selasa, 23 Desember 2025. Kondisi ini memicu banjir meluas di berbagai titik, mengganggu aktivitas warga serta menimbulkan kerusakan signifikan.

Curah hujan yang tinggi tersebut berlangsung tanpa henti selama beberapa jam, menyebabkan peningkatan debit air sungai secara drastis. Akibatnya, sistem drainase kota dan saluran air di pedesaan tidak mampu menampung volume air yang melimpah.

Dampak Luas di Wilayah Cirebon

Di Kota Cirebon, Kampung Penyuken di Kecamatan Kesambi menjadi salah satu area yang paling parah terdampak banjir. Ketinggian air di lokasi ini dilaporkan mencapai paha orang dewasa, membuat banyak rumah terendam dan akses jalan terputus.

Tidak hanya Kampung Penyuken, empat wilayah lain di Kota Cirebon juga turut dilanda banjir secara bersamaan. Kawasan Kalijaga, misalnya, tercatat terendam air hingga kedalaman 80 cm, menunjukkan skala bencana yang cukup besar.

Situasi serupa terjadi di Kabupaten Cirebon, khususnya di Kecamatan Sumber dan Talun, yang turut merasakan dampak banjir. Komplek perkantoran Pemerintah Kabupaten Cirebon di Kecamatan Sumber, terutama bagian belakang dekat anak Sungai Cipager, juga terendam air.

Kerugian materiil juga dilaporkan terjadi setelah tembok penghalang gudang Surya Toserba Sumber jebol akibat terjangan air. Lebih lanjut, tembok SMPN 2 Sumber juga dilaporkan ambruk, menimbulkan suara roboh yang mengejutkan warga setempat.

Genangan air masih terlihat di sejumlah ruas jalan penghubung Cirebon-Sumber hingga berita ini diturunkan. Kondisi ini menyebabkan kelumpuhan total pada beberapa jalur, bahkan membuat sejumlah kendaraan mogok di tengah banjir setinggi lutut.

Anak Sungai Cipager disebut nyaris meluap sepenuhnya, menggenangi area kantor Pemerintah Kabupaten Cirebon. Fenomena ini mengindikasikan kapasitas sungai yang telah terlampaui, menyebabkan air meluber ke pemukiman dan fasilitas publik di sekitarnya.

Respons Tanggap dan Upaya Penanganan

Merespons laporan bencana, petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon segera diterjunkan ke lokasi banjir di Kampung Penyuken. Kepala BPBD Kota Cirebon, Andi Wibowo, memastikan bahwa penanganan lebih lanjut sedang dilakukan oleh anggotanya di lapangan.

Begitu pula di Kabupaten Cirebon, BPBD juga sigap turun ke lokasi untuk membantu warga dan mengidentifikasi area terdampak. Penanganan banjir yang meluas ini memerlukan koordinasi efektif dari berbagai pihak terkait untuk meminimalkan dampak lebih lanjut.

Federasi Informasi Cirebon (FIC) mendesak Pemerintah Kabupaten Cirebon untuk segera merilis peta rawan bencana secara transparan dan terperinci. Desakan ini muncul menyusul frekuensi banjir yang kerap melanda wilayah tersebut, menunjukkan urgensi mitigasi jangka panjang.

Peta rawan bencana tersebut diharapkan dapat menjadi panduan penting bagi masyarakat dan pemerintah dalam perencanaan tata ruang serta upaya pencegahan. Dengan demikian, risiko dan dampak bencana serupa di masa depan dapat diminimalisir melalui langkah-langkah antisipatif yang lebih baik.

Tantangan Geografis dan Peringatan Dini

Terlepas dari insiden banjir, wilayah Cirebon juga dihadapkan pada tantangan geografis lain, yakni keberadaan Sesar Baribis yang melintasi lima kecamatan. Meskipun lebih dikenal sebagai pemicu gempa, kondisi geologis ini menambah daftar kerentanan wilayah terhadap bencana alam.

Ancaman gempa yang mengintai di jalur Sesar Baribis, termasuk di Plangon dan Bukit Gronggong, menuntut kewaspadaan ganda dari pemerintah dan masyarakat. Kombinasi antara risiko gempa dan kerentanan terhadap banjir menggarisbawahi kebutuhan akan rencana mitigasi bencana yang komprehensif.

Fenomena cuaca ekstrem yang berubah cepat, seperti menguatnya Siklon 09S, juga memberikan indikasi adanya potensi hujan lebat di wilayah Jawa Barat dan Banten. Kondisi ini memperkuat kebutuhan akan sistem peringatan dini yang efektif serta kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim global.

Analisis terhadap pola cuaca dan kondisi hidrologis menjadi krusial untuk memprediksi potensi bencana. Langkah-langkah proaktif seperti pembersihan saluran air dan normalisasi sungai harus terus digalakkan demi mengurangi risiko genangan di musim penghujan.

Pengalaman banjir di penghujung tahun 2025 ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh pemangku kepentingan di Cirebon. Peningkatan infrastruktur penanggulangan banjir dan edukasi kebencanaan kepada masyarakat harus menjadi prioritas utama.

Hanya dengan sinergi antara pemerintah, komunitas, dan individu, ketahanan wilayah terhadap berbagai ancaman bencana dapat diperkuat. Upaya mitigasi yang berkelanjutan akan memastikan keamanan dan kesejahteraan warga Cirebon di masa mendatang.

Baca Juga

Loading...