Hari Ibu dalam Perspektif Al-Qur'an: Memuliakan Ibu Sepanjang Masa
RAKYATMEDIAPERS.CO.ID - Setiap tanggal 22 Desember, masyarakat di Indonesia merayakan Hari Ibu sebagai bentuk apresiasi terhadap peran mulia para ibu. Perayaan ini seringkali memunculkan pertanyaan di kalangan umat Muslim mengenai bagaimana Islam, khususnya Al-Qur'an, memandang Hari Ibu dan pengorbanan seorang ibu.
Pada dasarnya, Islam telah mengangkat derajat seorang ibu jauh sebelum konsep Hari Ibu modern dikenal. Ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW memberikan penghormatan tertinggi kepada ibu, menempatkannya pada posisi yang sangat agung dalam kehidupan manusia.
Kedudukan Ibu yang Agung dalam Islam
Dalam ajaran Islam, status seorang ibu menempati posisi yang sangat istimewa dan mulia. Al-Qur'an berulang kali menyerukan pentingnya berbakti kepada orang tua, dengan perhatian khusus terhadap jasa dan pengorbanan seorang ibu.
Pengorbanan ibu dimulai sejak mengandung, melahirkan, hingga membesarkan anak dengan penuh kasih sayang dan kesabaran tiada tara. Oleh karena itu, berbakti kepada ibu adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat ditekankan dalam Islam, setara dengan perintah bertauhid kepada Allah SWT.
Ayat-Ayat Al-Qur'an yang Menggambarkan Keutamaan Ibu
Surah Al-Ahqaf Ayat 15: Mengenang Jasa Orang Tua
Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ahqaf ayat 15, "Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan." Ayat ini secara eksplisit menyoroti periode kehamilan dan menyusui sebagai masa-masa penuh perjuangan seorang ibu.
Periode 30 bulan ini menekankan betapa besar pengorbanan fisik dan mental yang dilalui ibu demi anaknya. Dengan demikian, Al-Qur'an mengarahkan perhatian kita pada fase-fase kritis kehidupan seorang ibu yang tak ternilai harganya.
Surah Luqman Ayat 14: Perintah Berbakti
Dalam Surah Luqman ayat 14, Allah SWT juga berfirman, "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun." Ayat ini kembali menegaskan pentingnya berbakti, secara khusus menyebutkan kelemahan ibu selama masa kehamilan.
Kelemahan yang bertambah-tambah ini menggambarkan betapa beratnya beban yang ditanggung ibu demi melahirkan generasi. Oleh karena itu, kewajiban seorang anak untuk berbakti kepada ibunya menjadi semakin jelas dan mendalam.
Surah Al-Isra Ayat 23-24: Larangan Durhaka dan Perintah Kasih Sayang
Ayat lain yang sangat kuat adalah Surah Al-Isra ayat 23-24, "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, 'Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.'" Ayat ini bukan hanya perintah berbakti, tetapi juga larangan keras untuk menyakiti hati orang tua, bahkan dengan perkataan sekecil 'ah'.
Baca Juga: Jangan Kaget! Tanggal 22 Desember Bukan Tanggal Biasa, Ini Dia Fakta Hari Ibu yang Wajib Kamu Tahu!
Perintah ini mencakup perlakuan fisik dan verbal, menuntut seorang anak untuk selalu berlemah lembut dan mendoakan orang tuanya. Ini menunjukkan bahwa penghormatan kepada orang tua, terutama ibu, adalah salah satu pilar akhlak mulia dalam Islam.
Birrul Walidain: Berbakti Sepanjang Hayat
Konsep 'Birrul Walidain' atau berbakti kepada kedua orang tua adalah inti dari ajaran Islam terkait hal ini. Berbakti tidak hanya berarti memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga menghormati, menyayangi, patuh selama tidak bertentangan dengan syariat, dan mendoakan keduanya.
Berbakti kepada ibu adalah perintah yang berlaku sepanjang hidup, tidak terbatas pada satu hari saja. Setiap hari adalah hari untuk memuliakan ibu, menunjukkan kasih sayang, dan berterima kasih atas segala pengorbanannya.
Esensi Hari Ibu dalam Perspektif Islam
Meskipun Islam tidak secara spesifik merayakan 'Hari Ibu' pada tanggal tertentu, esensi dari perayaan tersebut sangat sejalan dengan nilai-nilai Islam. Hari Ibu dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk selalu menghargai dan berterima kasih kepada ibu.
Namun, dalam Islam, kasih sayang dan penghormatan kepada ibu harus dilakukan setiap waktu, bukan hanya pada momen perayaan. Ini adalah bentuk pengamalan ajaran agama yang mengajarkan bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu.
Meneladani Kasih Sayang Ibu
Rasulullah SAW sendiri memberikan teladan sempurna dalam memuliakan ibunya, meskipun beliau tidak sempat merasakan kasih sayang ibu kandungnya secara penuh. Beliau sangat menghormati ibu susu dan perempuan-perempuan yang pernah mengasuhnya.
Maka dari itu, menjadi tugas kita sebagai anak untuk senantiasa meneladani ajaran mulia ini. Memberikan perhatian, waktu, dan doa adalah wujud nyata dari bakti kita kepada ibu yang tiada henti.
Kesimpulan: Memuliakan Ibu adalah Ibadah
Al-Qur'an secara jelas dan tegas menempatkan seorang ibu pada kedudukan yang sangat tinggi dan mulia. Perintah untuk berbakti kepada ibu adalah bagian integral dari keimanan seorang Muslim.
Oleh karena itu, meskipun Hari Ibu modern dirayakan setahun sekali, bagi seorang Muslim, setiap hari adalah kesempatan untuk memuliakan ibu. Kasih sayang dan penghormatan kepadanya adalah jalan menuju ridha Allah SWT.