Menghidupkan Kembali Pemikiran Soekarno: Semangat Bandung dan Relevansinya Kini
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5388916/original/030679800_1761159772-Kepala_Badan_Sejarah_Indonesia_DPP_PDI_Perjuangan__PDIP__Bonnie_Triyana.jpg)
RAKYATMEDIAPERS.CO.ID - Pemikiran Soekarno, khususnya semangat Bandung, kembali menjadi sorotan penting dalam konteks perkembangan global saat ini. Bonnie Triyana, Kepala Badan Sejarah Indonesia DPP PDI Perjuangan (PDIP), menekankan urgensi meneladani kembali nilai-nilai yang diperjuangkan oleh Soekarno. Hal ini disampaikan dalam acara bertajuk 'Sukarno and The Making of The News World' di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Acara tersebut menghadirkan sejarawan asal Belgia, David Van Reybrouck, penulis buku 'Revolusi Indonesia and the Birth of the Modern World' yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Diskusi ini bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai warisan pemikiran Soekarno dan relevansinya bagi dunia modern.
Soekarno dan Penolakan Terhadap Penindasan
Pesan utama yang disampaikan Bonnie Triyana adalah pentingnya menghidupkan kembali pemikiran Soekarno yang secara tegas menolak segala bentuk penindasan. Soekarno percaya bahwa kemerdekaan sejati belum tercapai jika masih ada eksploitasi satu bangsa atas bangsa lain. Keyakinan inilah yang menjadi dasar lahirnya semangat Bandung.
Soekarno melihat kolonialisme sebagai bentuk penindasan yang harus dilawan. Pandangan ini sejalan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia dan menjadi landasan bagi kebijakan luar negeri yang berpihak pada keadilan dan kesetaraan.
Konferensi Asia-Afrika 1955: Momen Penting Perjuangan Soekarno
Konferensi Asia-Afrika (KAA) 1955 di Bandung adalah bukti nyata peran sentral Soekarno dalam menyatukan bangsa-bangsa Asia dan Afrika. KAA menjadi wadah bagi negara-negara yang baru merdeka untuk bersatu melawan kolonialisme dan ketidakadilan global.
Soekarno bersama tokoh dunia seperti Jawaharlal Nehru (India), Gamal Abdel Nasser (Mesir), John Kotelawala (Sri Lanka), dan U Nu (Burma/Myanmar) bahu-membahu membangun solidaritas. Mereka berupaya menciptakan tatanan dunia baru yang lebih adil dan berkeadilan.
Dampak Konferensi Asia-Afrika Bagi Dunia
KAA Bandung tidak hanya menjadi simbol kemerdekaan politik, tetapi juga pusat moral gerakan anti-kolonial dunia. Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno menjadi inspirasi bagi banyak negara di dunia.
Semangat internasionalisme Soekarno adalah cerminan kemanusiaan universal yang kini mulai pudar. David Van Reybrouck dalam kuliah umumnya menyebut bahwa KAA Bandung merupakan tonggak sejarah yang mengubah wajah dunia.
Perubahan yang Ditimbulkan KAA Bandung
KAA Bandung mencerminkan optimisme dan harapan bangsa-bangsa baru merdeka pasca-Perang Dunia II. Konferensi ini melahirkan kekuatan moral baru yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap tatanan dunia.
Baca Juga: Kata-kata Sedih Di Hari Raya Idul Fitri Raya Aidilfitri Sepadu
Salah satu warisan penting KAA adalah transformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Lima bulan setelah konferensi, banyak negara peserta Bandung bergabung ke PBB, menjadikan lembaga itu lebih inklusif dan benar-benar global.
Tahun 1960: Tahun Afrika dan Pengaruh Soekarno
Tahun 1960 dikenal sebagai Tahun Afrika, ketika 18 negara merdeka dan sebagian besar adalah peserta Konferensi Bandung. Hal ini menunjukkan pengaruh besar Indonesia dan Soekarno terhadap tatanan dunia baru.
Konferensi Asia-Afrika menjadi katalisator bagi gerakan dekolonisasi di seluruh dunia. Pengaruh Soekarno sangat terasa dalam memperjuangkan hak-hak bangsa terjajah.
Menyoal Warisan Soekarno dalam Konteks Modern
Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta Kuliah umum bertanya kepada David mengenai pandangannya terhadap Soeharto yang kini disoroti terkait rencana pemberian gelar pahlawan nasional. David menjawab bahwa pengakuan terhadap tokoh sejarah harus selalu dilihat dalam konteks moral dan politik zamannya.
Kajian terhadap sejarah harus dilakukan secara komprehensif, mempertimbangkan berbagai aspek dan perspektif. Hal ini penting untuk memahami dampak dari keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpin di masa lalu.
Kesimpulan
Pemikiran Soekarno, khususnya semangat Bandung, tetap relevan dalam konteks dunia modern yang penuh tantangan. Nilai-nilai seperti anti-kolonialisme, solidaritas, dan internasionalisme perlu terus digaungkan.
Upaya menghidupkan kembali pemikiran Soekarno adalah investasi untuk masa depan yang lebih baik. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang diperjuangkan Soekarno, kita dapat berkontribusi pada terciptanya dunia yang lebih adil dan berkeadilan.
Acara 'Sukarno and The Making of The News World' di Jakarta pada 22 Oktober 2025 menjadi pengingat akan pentingnya semangat Bandung dalam menghadapi tantangan global saat ini. Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, antara lain: Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, Wagub DKI Rano Karno, sejumlah Anggota DPR RI PDIP, Gunawan Mohamad, Wardiman Djojonegoro, Halidah Hatta, Sukmawati Soekarno, serta perwakilan diplomatik dari Belanda dan Belgia.