Krisis Regenerasi Petani: Curhat Petani Sidoarjo dan Tantangan Sektor Pertanian

Table of Contents

Curhat Petani Sidoarjo: Anak Muda Enggan Turun ke Sawah, Profesi Petani Dianggap Tak Bergengsi


RAKYATMEDIAPERS.CO.ID - Sektor pertanian Indonesia tengah menghadapi tantangan serius yang mengancam keberlanjutan produksi pangan nasional. Minimnya regenerasi petani menjadi sorotan utama, khususnya di daerah-daerah seperti Sidoarjo, Jawa Timur. Kenyataan pahit ini diungkapkan langsung oleh para petani yang merasakan dampak langsung dari kurangnya minat generasi muda terhadap profesi petani.

Seorang petani asal Desa Sumorame, Kabupaten Sidoarjo, bernama Suwono (70), menyampaikan keresahannya terkait hal ini. Beliau mengungkapkan bahwa anak-anak muda saat ini cenderung enggan melanjutkan jejak orang tua mereka di sawah. Pandangan negatif terhadap profesi petani menjadi salah satu faktor utama penyebabnya.

Penyebab Anak Muda Enggan Menjadi Petani

Suwono menjelaskan bahwa banyak anak muda lebih memilih pekerjaan di sektor lain. Mereka menganggap pekerjaan sebagai petani berat, kurang menguntungkan secara finansial, dan kurang memiliki prestise sosial. Pandangan ini semakin diperkuat oleh maraknya informasi mengenai kesulitan hidup petani akibat harga komoditas yang fluktuatif dan biaya produksi yang tinggi.

“Banyak (anak muda) yang nggak mau jadi petani, maunya mereka kerja jadi pegawai saja seperti di kantor gitu,” ujar Suwono. Pernyataan ini menggambarkan realita yang ada di lapangan, di mana anak muda lebih tertarik dengan pekerjaan yang dianggap lebih menjanjikan secara finansial dan status sosial.

Dampak Terhadap Ketahanan Pangan Nasional

Suwono, yang telah puluhan tahun berkecimpung di dunia pertanian, juga mengakui bahwa anak-anaknya sendiri tidak tertarik melanjutkan profesinya. Hal ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri, mengingat peran vital sektor pertanian dalam menjaga ketahanan pangan nasional. Pertanian adalah tulang punggung yang menyediakan kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Berkurangnya jumlah petani, terutama petani muda, akan berdampak pada penurunan produksi pangan. Ini akan berpotensi mengancam ketersediaan pangan dan stabilitas harga, yang pada akhirnya dapat merugikan masyarakat secara luas. Krisis regenerasi petani adalah ancaman nyata yang harus segera diatasi.

Baca Juga: Berapa Hari Lagi Idul Fitri 2024 Berapa Hari Puasa Arafah 2022 Ketahui Jadwal Niat Dan Riwayatnya

Upaya Mengatasi Krisis Regenerasi Petani

Menyadari pentingnya isu ini, berbagai pihak mulai berupaya mencari solusi. Salah satunya adalah Perempuan Indonesia Peduli (IPIP) yang bekerja sama dengan Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia (PPJI) Provinsi Jawa Timur dan Kota Surabaya. Mereka mengadakan acara nonton bareng film “Seribu Bayang Purnama” pada Selasa, 8 Juli 2025, sebagai bentuk dukungan dan motivasi bagi para petani.

Founder PPJI Kota Surabaya, Asrilia Kurniati, mengakui bahwa regenerasi petani adalah tantangan nyata yang harus dihadapi. Pihaknya sebagai pelaku usaha jasa boga, berupaya memberikan dukungan kepada petani agar tetap bertahan dan produktif. Salah satu contohnya adalah dengan membeli beras langsung dari petani untuk kebutuhan katering.

Peran Film dalam Membangun Semangat Petani

Acara nonton bareng film “Seribu Bayang Purnama” diharapkan dapat memberikan semangat baru bagi para petani, khususnya keluarga petani muda. Film ini mengisahkan perjuangan anak seorang petani yang berhasil meraih kesuksesan. Kisah inspiratif ini diharapkan dapat memotivasi petani untuk terus berjuang dan membuktikan bahwa profesi petani juga dapat memberikan kehidupan yang layak.

“Film Seribu Bayang Purnama ini kan kisah nyata tentang anak petani. Semoga bisa lebih menginspirasi para petani untuk lebih semangat bekerja,” tandas Asrilia. Acara tersebut juga dihadiri oleh sejumlah petani dari berbagai daerah di Jawa Timur, sebagai bentuk apresiasi dan upaya memotivasi agar sektor pertanian tidak kehilangan generasi penerusnya.

Tantangan dan Peluang Sektor Pertanian

Sektor pertanian memiliki potensi besar untuk berkembang, namun membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta harus bersinergi untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi regenerasi petani. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai program, seperti pelatihan pertanian modern, akses terhadap modal dan teknologi, serta peningkatan nilai jual produk pertanian.

Perlu adanya perubahan paradigma dalam memandang profesi petani. Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang modern, menguntungkan, dan memiliki prospek cerah di masa depan. Dengan begitu, diharapkan minat generasi muda terhadap profesi petani dapat meningkat, sehingga ketahanan pangan nasional dapat terjaga dengan baik.

Baca Juga

Loading...