Gempa Banyuwangi: 24 Gempa Susulan Mengiringi Guncangan M 5,7, Wilayah Terdampak

Wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,7 pada Kamis, 25 September 2025. Guncangan tersebut memicu serangkaian gempa susulan yang terus terjadi hingga Jumat, 26 September 2025, memberikan dampak signifikan bagi masyarakat setempat dan sekitarnya.
Rincian Gempa dan Dampaknya
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa telah terjadi 24 kali gempa susulan pasca gempa utama. Kekuatan gempa susulan ini bervariasi, dengan yang tertinggi mencapai magnitudo 3,6. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengonfirmasi jumlah kejadian susulan tersebut kepada wartawan.
Gempa utama yang terjadi disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di wilayah tersebut. Hal ini menjadikan gempa sebagai jenis gempa bumi dangkal. Dampak gempa dirasakan tidak hanya di Banyuwangi, tetapi juga di beberapa wilayah lain di Jawa Timur dan Bali.
Analisis dan Peringatan dari BMKG
BMKG terus memantau aktivitas gempa bumi di wilayah Banyuwangi. Hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa gempa utama memiliki parameter magnitudo 5,3. Hingga pukul 17.40 Wita atau 16.40 WIB, BMKG mencatat adanya lima gempa susulan dengan magnitudo terbesar mencapai 3,3.
Masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan waspada terhadap potensi gempa susulan lainnya. BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk mengikuti informasi resmi dari sumber yang terpercaya.
Wilayah Terdampak dan Skala Intensitas
Getaran gempa terasa di berbagai wilayah dengan intensitas yang berbeda-beda. Di Banyuwangi dan Penebel, getaran mencapai skala IV MMI (Modified Mercalli Intensity), yang berarti getaran dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah dan beberapa orang di luar rumah, serta jendela dan pintu bergetar.
Di Lumajang, getaran terasa dengan skala III MMI, yang berarti getaran dirasakan nyata di dalam rumah dan terasa seperti truk melintas. Wilayah Bali, seperti Kuta, Denpasar, dan Buleleng, juga merasakan getaran dengan skala yang sama.
Baca Juga: Musim Hujan Lebih Awal di Indonesia: 5 Hal yang Perlu Diketahui
Wilayah Jember dan Bondowoso merasakan getaran dengan skala II-III MMI, yang berarti getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang. Sementara itu, Pasuruan, Surabaya, Situbondo, Kuta Selatan, Pamekasan, Mataram, dan Lombok Barat merasakan getaran dengan skala II MMI.
Potensi dan Mitigasi Bencana Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak dapat diprediksi secara pasti. Namun, pemahaman tentang potensi gempa dan langkah-langkah mitigasi dapat mengurangi risiko yang ditimbulkan.
Penting bagi masyarakat untuk memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi gempa bumi. Hal ini meliputi pengetahuan tentang jalur evakuasi, tempat perlindungan, dan tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa.
Pentingnya Kesiapsiagaan Masyarakat
Kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempa bumi sangat penting untuk meminimalkan dampak negatif. Edukasi tentang tindakan penyelamatan diri dan kesiapan menghadapi situasi darurat harus terus ditingkatkan.
Pemerintah daerah dan lembaga terkait perlu terus melakukan sosialisasi dan simulasi bencana gempa bumi secara berkala. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam menghadapi situasi darurat.
Upaya Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana gempa bumi melibatkan berbagai upaya, mulai dari perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan potensi risiko gempa hingga pembangunan infrastruktur yang tahan gempa.
Peningkatan kualitas bangunan dan infrastruktur sangat penting untuk mengurangi dampak kerusakan akibat gempa. Pengawasan dan penegakan regulasi yang ketat terhadap standar bangunan tahan gempa harus terus dilakukan.