Jaja Miharja Raih Bintang dari Prabowo: Kisah Telur Asin dan Perjuangan Seni

Kabar menggembirakan datang dari dunia seni Tanah Air. Seniman senior, Jaja Miharja, baru saja menerima Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Penghargaan ini menjadi bentuk apresiasi negara terhadap dedikasi dan kiprahnya yang luar biasa di dunia seni dan budaya Indonesia selama puluhan tahun.
Mimpi Jadi Nyata: Jaja Miharja Tak Menyangka Raih Penghargaan
Upacara penganugerahan berlangsung di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 25 Agustus. Jaja Miharja, dengan penuh haru, mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya atas penghargaan yang diterimanya. Beliau mengaku tak pernah menyangka, bahkan dalam mimpinya, akan mendapatkan kehormatan langsung dari seorang presiden.
"Kagak (nyangka), mimpi saja kagak. Presiden yang kasih, alhamdulillah," ujar Jaja Miharja dengan mata berkaca-kaca. Kutipan ini mencerminkan betapa besar makna penghargaan tersebut bagi seorang seniman yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menghibur masyarakat.
Harapan Jaja Miharja untuk Seniman Senior
Di balik rasa syukur yang mendalam, Jaja Miharja menyampaikan harapannya agar pemerintah terus memberikan perhatian kepada para seniman senior. Beliau menyadari bahwa industri hiburan terus berkembang dengan hadirnya generasi muda yang berbakat.
Namun, ia juga menekankan pentingnya menghargai dan mendukung para seniman yang telah berkontribusi besar dalam membentuk wajah seni dan budaya Indonesia selama ini. Perhatian terhadap seniman senior, sebagaimana ditegaskan oleh beberapa ahli, akan memastikan keberlanjutan warisan budaya bangsa di masa mendatang (sumber: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan).
Kisah Klasik: Honor Telur Asin di Brebes
Perjalanan panjang Jaja Miharja di dunia hiburan penuh dengan cerita, baik suka maupun duka. Salah satu kisah yang paling membekas adalah pengalamannya ketika dibayar dengan telur asin usai manggung di Brebes.
"Gueshowdibayar sama telur," kenang Jaja Miharja ketika ditemui di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, pada Rabu, 27 Agustus 2025. Kisah ini menjadi bukti betapa kerasnya perjuangan seorang seniman dalam meraih kesuksesan, terutama di masa lalu.
Hujan Deras dan Honor yang Tak Terbayar
Peristiwa tersebut terjadi ketika Jaja Miharja dan rombongannya menerima undangan untuk tampil di sebuah acara pada malam hari. Namun, takdir berkata lain, hujan deras mengguyur lokasi acara, mengakibatkan jumlah tamu yang hadir sangat sedikit.
Kondisi ini membuat penyelenggara acara kesulitan membayar honor orkes Jaja Miharja. Keterbatasan finansial kerap menjadi tantangan bagi para penyelenggara acara di daerah, terutama ketika faktor cuaca tidak mendukung.
Telur Asin Sebagai Pengganti Honor
Dalam situasi yang sulit, tuan rumah acara menawarkan solusi yang tak terduga: membayar honor Jaja Miharja dengan telur asin. Telur asin tersebut baru saja diproduksi oleh tuan rumah.
"(Kata tuan rumah) 'Bang Jaja saya gimana, ya? Saya, kan, ngarepin dari undangan nih buat bisa bayar Bang Jaja. Saya baru ngasinin telor. Gimana kalau saya bayar sama telor?'" tutur Jaja Miharja menirukan ucapan sang pemilik acara. Kisah ini menggambarkan bagaimana kreativitas dan solusi alternatif terkadang menjadi penyelamat dalam situasi yang sulit.
Berjualan Telur Asin: Perjuangan Berlanjut
Meskipun sempat ragu, Jaja Miharja akhirnya menerima belasan peti telur asin sebagai pengganti honor. Perjuangan belum berakhir, beliau dan rombongannya harus menjual telur-telur asin tersebut di berbagai pasar sepanjang perjalanan dari Brebes menuju Jakarta.
"Ayah begitu jalan, nyari pasar. Jual di pasar-pasar, sampai di Jakarta habis," ungkapnya. Kisah ini mencerminkan semangat pantang menyerah dan kerja keras yang menjadi kunci kesuksesan Jaja Miharja.
Kisah yang Tak Terlupakan
Jaja Miharja mengaku lupa berapa keuntungan yang ia dapatkan dari hasil penjualan telur asin tersebut. Namun, pengalaman tersebut justru menjadi cerita berharga yang tak pernah ia lupakan.
"Waduh, gua nggak ingat duitnya (hasil jual telur asin) berapa dulu. Untung. Iya. Cuman begitu, kita beletetan kena telur," tutupnya. Pengalaman dibayar dengan telur asin ini menjadi bukti bahwa perjuangan seorang seniman tidak selalu mulus, tetapi setiap rintangan justru membentuk karakter dan memperkuat semangat juang.
Penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma yang diterima Jaja Miharja menjadi pengakuan atas dedikasi dan perjuangannya di dunia seni. Kisah telur asin di Brebes hanyalah salah satu dari sekian banyak cerita yang mengiringi perjalanan karirnya. Semoga semangat dan dedikasi Jaja Miharja menjadi inspirasi bagi para seniman muda untuk terus berkarya dan mengharumkan nama bangsa.