Emak-emak Orasi di Polda Metro: Keadilan Affan, Kritik Pedas Uya Kuya cs
:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/5332420/original/035151300_1756478594-IMG_1650.jpg)
Jakarta, 29 Agustus 2025 – Momen mengharukan sekaligus menegangkan terjadi di depan Polda Metro Jaya. Di tengah aksi unjuk rasa mahasiswa yang menuntut keadilan, seorang ibu, bernama Neno, mengambil alih panggung. Dengan suara lantang, ia menyuarakan keprihatinannya atas kematian pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, yang diduga menjadi korban kekerasan. Orasi Neno tidak hanya berhenti pada tuntutan keadilan bagi Affan, namun juga menyoroti kinerja anggota DPR yang dianggapnya tidak pantas menjadi wakil rakyat. Liputan6.com berhasil mengabadikan momen tersebut, memberikan gambaran jelas tentang emosi dan tuntutan yang disuarakan.
Keadilan untuk Affan Kurniawan: Suara Hati Seorang Ibu
Kematian Affan Kurniawan, pengemudi ojol yang tewas akibat insiden saat demonstrasi, menjadi pemicu utama kemarahan Neno. Ia dengan tegas menuntut pihak kepolisian untuk mengusut tuntas kasus tersebut. Berdasarkan pantauan Liputan6.com, suara Neno mulai terdengar sekitar pukul 16.30 WIB. Ia mendapatkan kesempatan berorasi setelah perwakilan mahasiswa selesai menyampaikan aspirasinya, dengan difasilitasi langsung oleh pengeras suara. Neno mengungkapkan kekesalan mendalam atas apa yang ia anggap sebagai tindakan keji yang menghilangkan nyawa seseorang. “Makhluk paling sakral sampai turun ke jalanan. Karena apa? Karena mereka penghianat bangsa, mereka pembunuh. Kami tidak terima sebagai orang tua, anak kami dibunuh,” teriak Neno di hadapan petugas kepolisian yang berjaga.
Evaluasi Polri dan Harapan Akan Karma
Dalam orasinya, Neno juga meminta Polri untuk segera melakukan evaluasi terhadap kinerja dan penanganan kasus Affan Kurniawan. Ia menekankan pentingnya transparansi dan keadilan dalam penegakan hukum. Neno percaya akan adanya karma, yang akan menimpa siapa pun yang berbuat zalim. Ia mengingatkan bahwa gaji para pejabat berasal dari rakyat, sehingga mereka seharusnya mengutamakan kepentingan rakyat. “Jangan kalian jahat sama rakyat apalagi sama mahasiswa yang selalu menyuarakan keadilan. Gaji yang kalian pakai dari rakyat,” jelasnya dengan nada penuh emosi.
Kritik Pedas untuk Anggota DPR: Uya Kuya, Eko Patrio, dan Ahmad Sahroni Jadi Sasaran
Selain menuntut keadilan dan evaluasi, Neno juga meluapkan emosinya kepada anggota DPR. Beberapa nama anggota dewan menjadi sasaran kritik pedasnya. Neno secara khusus menyoroti sosok Uya Kuya, Eko Patrio, dan Ahmad Sahroni. Ia menilai bahwa mereka tidak pantas menjabat sebagai pejabat publik. “Kalian pantasnya jadi pelawak, tidak pantas jadi pejabat,” tandas Neno, mengakhiri orasinya dengan nada tegas.
Aksi unjuk rasa di depan Polda Metro Jaya ini sendiri diwarnai dengan berbagai dinamika. Hujan deras sempat membubarkan massa pengunjuk rasa. Selain itu, imbas dari demo tersebut juga menyebabkan penutupan sementara sejumlah stasiun MRT. Keributan juga sempat terjadi, dengan serangan petasan sebagai pemicunya.
Peristiwa ini menjadi cerminan betapa tingginya ekspektasi masyarakat terhadap penegakan hukum dan kinerja para wakil rakyat. Tuntutan keadilan, transparansi, dan akuntabilitas menjadi isu sentral yang terus disuarakan. Momen orasi Neno, sebagai perwakilan dari masyarakat, menjadi pengingat bagi semua pihak akan pentingnya menjaga kepercayaan publik dan mengemban amanah dengan sebaik-baiknya.